Ma'had yang Kurindu Akibat Badai COVID-19


    
Nur Rohman Diah (santri MA kelas X MIA)
      Tanggal 14 Juli Tahun 2019, pertama kalinya saya masuk pondok, yaitu di Pondok  Pesantren Teknologi Riau. Awal masuk semuanya terasa berbeda, saya yang biasanya sering berkumpul dengan keluarga sekarang harus bisa menyesuaikan keluarga baru saya di pondok. Ketika saya akan masuk ke asrama, saya disambut dengan ramah oleh ukhti-ukhti yang berjaga di pintu depan asrama. Saya pun diantar masuk bersama ukhti yang berjaga tadi menuju kamar saya.  Saya kaget, ternyata saya mendapat kamar yang cukup luas, sehingga kamar tersebut muat untuk 16 orang.

      Sayapun mulai berkenalan dengan teman teman baru saya. Ketika malam tiba kami mulai mengikuti peraturan pondok,seluruh santri sudah ditinggalkan oleh masing-masing orang tuanya. Malam itu ukhti organisasi santri ( OS )  membacakan semua peraturan yang ada di pondok, anak baru yang pertama kali di pondok pun kaget karena peraturan yang sangat banyak. Saya hanya berpikir positif tentang peraturan tersebut dan berbicara dalam hati,  namanya juga pondok, tujuan peraturannya pasti untuk merubah santri- santri umtuk menjadi disiplin.

      Keesokan harinya saya dan teman teman saya bangun jam 03.00 untuk bergegas mandi, karena peraturan pondok tidak memperbolehkan santri untuk mandi setelah subuh. Tahun ajaran baru pasti selalu ada acara perkenalan sekolah untuk santri yang baru masuk seperti saya dan teman-teman saya. Diacara tersebut seluruh santri diberi motivasi dan nasihat agar bisa menjadi anak yang baik dan bisa bermanfaat untuk banyak orang. Acara tersebut terlaksana sampai seminggu lamanya. Dan diacara itu seluruh santri harus diwajibkan ikut serta tanpa terkecuali.

         Seminggu berlalu setelah acara tersebut kami santri baru pun mulai belajar di sekolah. Ketika malam kami juga belajar di pondok. Di pondok itu memang melelahkan, jarang sekali ada waktu senggang tapi itu tidak membuat saya untuk bermalas-malasan, melainkan untuk lebih semangat lagi mengerjakan sesuatu walaupun itu hanya hal kecil, agar saya terbiasa untuk menggunakan waktu saya sebaik mungkin.

      Beberapa minggu saya tinggal di  Pesantren Teknologi Riau  mengikuti event perlombaan atau pertandingan yang di namakan POSPEDA. Pospeda adalah event dalam bidang olahraga dan seni. Saya mengikuti event tersebut dalam bilang olahraga yaitu voli. Tim voli putri PPTR  sudah seperti keluarga bagi saya. Tim voli putri PPTR sangat berpengaruh besar untuk saya dalam bersemangat di bidang apapun, baik belajar, berolahraga maupun melakukan aktivitas sehari hari di pondok. Pertandingan pertama tim saya memenangkan pospeda, kemudian kami melanjutkan pertandingan tingkat provinsi kami mendapapat juara 2. Walaupun tim kami juara 2, tetapi salah seorang dari tim kami dapat melanjutkan ke tingkat pospenas, yaitu sebagai perwakilan PPTR sekaligus perwakilan provinsi Riau.

       Di pondok memang melelahkan karena kegiatan yang begitu padat. Saya kadang berpikir tentang  mereka yang sering berkeluh kesah karena sekolahnya, tapi mereka tidak pernah merasakan bagaimana kehidupan di pondok. Saya pun terkadang tidak menyangka bisa bertahan di pondok, karena saya termasuk anak yang manja, tapi karena motivasi dan dorongan dari orang tualah  yang membuat saya tetap bertahan di pondok. Di pondok juga mengajarkan saya arti kebersamaan, mulai dari bangun tidur sampai tidur lagi semua kegiatan hampir dilakukan bersama sama.

         Di pondok saya biasanya bangun jam 3 atau jam 4 pagi dan langsung bergegas untuk pergi mencuci, kemudian mandi. Setelah mandi biasanya tersisa waktu beberapa menit untuk melakukan sesuatu sebelum sholat subuh ke masjid. Kami pun mengisi waktu kosong tersebut berbeda-beda, ada yg tidur lagi,ada yg mengerjakan tugas sekolah atau pun merapikan lemari. Diwaktu kosong tersebut saya jarang untuk tidur lagi, karena saya tidak ingin terburu buru berangkat ke masjid . Saya lebih suka mengerjakan sesuatu dengan santai tapi entah kenapa teman teman saya melihatnya seperti terbururu buru.

Masjid EL Madrasi Pesantren Teknologi Riau
        Jika sudah mendekati waktu adzan subuh, saya segera bergegas untuk mengambil air wudhu. Saat adzan tiba saya segera ke masjid  yang terletak sekitar 50 M dari asrama. Setelah sholat subuh biasanya kami mengaji bersama, ada juga yang duluan ke asrama karena tugas piket asrama.  Jika waktu mengaji sudah selesai biasanya kami langsung mufrodat, kecuali yang piket asrama. Setelah mufrodat biasanya kami di beri waktu untuk bergegas kesekolah. Saya biasanya menargetkan waktu jam 06.35 harus keadaan siap agar saya bisa sarapan pagi. Jam 07.00 kami di wajibkan baris di depan asrama untuk menbaca doa sebelum bersekolah.  Jika sudah siap kami di persilah kan jalan per angkatan dengan syarat mengulang kosa kata ketika mufrodat.

        Sampai di sekolah biasanya kami para santri di sambut oleh ustad dan ustadzah yang memberikan kami senyuman sebagai tanda penyemangat kami dalam bersekolah. Tak semua santri datang tepat waktu, ada juga santri yang terlambat tetapi ustad maupun ustadzahnya tetap memberikan senyuman terbaiknya,tapi tetap saja santri yang terlambat harus mendapat sanksi agar lebih disiplin dalam mengerjakan sesuatu, santri yang terlambat biasanya hanya diberikan hukuman menyapu halaman,  hukuman tersebut bisa menjadi manfaat untuk semuanya karena membuat halaman sekolah terlihat bersih dan rindang.

      Setiap pagi sebelum memulai pelajaran biasanya kami apel pagi bersama ustad ustadzahnya. Pesan pesan kecil sering di katakan ustad/ustadzahnya sebagai motivasi kami para santri untuk menuntut ilmu dan juga memyampaikan peranan  santri agar bisa bermanfaat untuk semua orang. Jika apel pagi selesai kami biasanya langsung masuk kelas untuk tahfiz. Jika jam tahfiz sudah habis barulah kami para santri belajar. Di jam istirahat pertama kami sudah di jadwalkan sholat dhuha sekelas/hari. Kebetulan saya kelas 10 MIA jadi saya dan teman teman sekelas saya diwajibkan sholat dhuha setiap hari senin. Jam 12 siang kami para santri kembali lagi ke asrama untuk istirahat,sholat zuhur,makan siang kemudian kami kembali lagi bersekolah. Semester 2,belajar siang kami langsung praktek di lahan pertanian dan TIK.

      Sore kami pulang jam 03.15,sampai di asrama biasanya saya langsung bergegas wudhu agar tidak terlambat sholat ashar. Setelah sholat ashar kegiatan kami adalah olahraga sesuai waktu yang sudah di tentukan,saya biasanya berolahraga voli setiap hari selasa,rabu,dan jum'at. Habis olahraga biasanya saya menghilangkan keringat sebentar kemudian mandi. Setelah mandi saya langsung wudhu dan pergi ke masjid. Setelah sholat maghrib rutinitas kami adalah mengaji. Jika kami sudah selesai mengaji kami kembali lagi ke asrama untuk makan malam bersama sama. Setelah makan kami pun bergegas lagi untuk sholat isya. Kegiatan setelah sholat isya kami biasanya adalah belajar kepesantrenan/ muhadhoroh.

         Setelah selesai kegiatan kami diberi waktu belajar untuk mempersiapkan hari esok di sekolah. Hampir semua kegiatan di lakukan bersama sama. Itu lah yang membedakan pondok dengan sekolah lain,kebersamaan nya lebih terasa di pondok. Di semester 2 diberitakan ada wabah yang sangat berbahaya sehingga kami diliburkan. Kami libur dari bulan Maret sampai bulan Juli. Libur terpanjang selama saya berada di pondok PTR. Jika sedang mondok saya rindu sekali dengan rumah, tapi jika saya di rumah saya juga rindu sekali dengan pondok. Saya bahagia di rumah bersama keluarga dirumah, tapi saya sedih karena jauh dari keluarga saya di pondok yang biasanya di lakukan ramai" tetapi untuk sementara waktu di lakukan di rumah masing- masing

      Karena libur sebelum waktunya,kami terpaksa belajar online/belajar jarak jauh. Sebagian dari kami para santri tidak semuanya memiliki jaringan internet yang bagus, contohnya di desa saya. Jika mati lampu jariangan di desa saya hilang. Selain belajar online kami juga ujian online. Pernah waktu saya mau ujian listrik di desa saya mati,kemudian saya terpaksa mengajak teman-teman  saya untuk mencari jaringan. Di desa saya jaringan yang paling bagus adalah di pasar jadi selama mati listrik dan hilang jaringan kami nongkrong di pasar sambil ujian. Nama pasar tersebut adalah pesar senin.

       Di saat seperti inilah saya lebih merindukan pondok, ujian langsung tanpa harus mementingkan jaringan,tapi mau gimanapun semuanya ada kebijakan pondok dan pemerintah agar tidak membahayakan bagi para santri maupun pelajar yang lain. Saya juga rindu beribadah di pondok karena jika di pondok ibadah saya terjamin lebih tepat waktu dan juga rutin. Kegiatan saya di pondok juga terjadwal dan tidak terbengkalai seperti dirumah lebih banyak waktu kosong. Pesan saya adalah tetap melakukan hal positif apapun itu dan di manapun itu.Nur Rohman Diah (santri MA kelas X MIA)
Ma'had yang Kurindu Akibat Badai COVID-19 Ma'had yang Kurindu Akibat Badai COVID-19 Reviewed by MA. Ummatan Wasathan PTR on Juni 17, 2020 Rating: 5

2 komentar:

  1. Masyallah tabarakallah ..sukses slalu buat adik nur Rohman Diah .tetap bertahan dipondok .dan tetap menjadi pribadi yang baik .ikhlas janani semua peraturan .keep optimis .and always be happy people 😊

    BalasHapus
  2. sukses selalu ya di pondoknya

    BalasHapus